JAKARTA - Momen Idulfitri 2025 kembali disemarakkan dengan kemunculan sejumlah film horor di bioskop. Keberadaan film horor saat Lebaran dianggap dapat meraup jumlah penonton secara signifikan.
Lebaran seringkali dimanfaatkan sebagai ajang berkumpul bersama keluarga. Salah satu tempat yang ramai dikunjungi di momen Idulfitri adalah bioskop.
Sejak beberapa tahun terakhir, momen Lebaran kerap dimanfaatkan rumah produksi untuk merilis film-film terbaru mereka.
Tahun ini misalnya, masyarakat bisa menyaksikan dua film horor yaitu Pabrik Gula dan Qodrat 2. Kedua film ini sudah dinanti-nanti pecinta genre horor bahkan sejak sebelum Lebaran.
Selain dua film horor tersebut, ada film animasi karya anak bangsa berjudul Jumbo, yang bisa ditonton oleh semua usia.

Film horor termasuk yang paling rutin menghiasi layar lebar di periode libur Lebaran sejak 2017. Kala itu, Litbang Kompas mencatat film Jailangkung sebagai yang paling laris di masa itu dengan capaian 2,5 juta penonton.
Tapi angka tersebut masih kalah jauh jika dibandingkan dengan KKN di Desa Penari. Film yang kabarnya diangkat dari kisah nyata tersebut berhasil menyedot 10 juta penonton setelah tayang pertama pada Lebaran 2022. Hingga saat ini, film tersebut masih bertengger di urutan pertama film telaris sepanjang masa.
Tahun lalu, film horor yang tayang pada periode libur Lebaran adalah Siksa Kubur dan Badarawuhi di Desa Penari yang masing-masing meraup empat juta penonton selama penayangannya.
Ajang Quality Time bersama Keluarga
Pengamat perfilman Hikmat Darmawan mengatakan, memang banyak orang ke bioskop untuk menghabiskan waktu bersama keluarga saat mudik.
Sehingga, apa pun film yang ada di bioskop saat itu kemunginan besar akan ditonton. Karena alasannya memag banyak orang Indonesia ke bioskop karena ingi ke bioskop, buka untuk menonton film tertentu.
"Apakah film yang ditonton bersama-sama keluarga itu harus film keluarga? Ternyata enggak," ujar Hikmat.
"Jadi, dia tidak memilih genre-nya, tapi lebih ke momen pokoknya hari ini ke bioskop, apa pun yang ada di bioskop ya ditonton."
Kebetulan, seperti yang sudah disinggung sebelumnya, film horor sedang digandrungi masyarakat. Karena itulah, film horor banyak beredar saat Lebaran.
Hikmat menjelaskan, ada tiga genre film yang mendominasi dan mudah menarik perhatian penonton, yaitu horor, melodrama, dan komedi.
BACA JUGA:
Tiga genre inilah yang secara bergantian mendominasi perfilman Tanah Air.
Hikmat mencontohkan dii era 1990-an, ada grup lawan Warkop yang rutin membuat dan menayangkan film komedi setahun dua kali, saat libur Lebaran dan akhir tahun.
Sementara pada periode 2007-2016, film drama termasuk yang bertema religi hampir selalu menjadi yang terlaris selama libur Idulfitri.
Di periode ini, kata Hikmat, bukan berarti film horor tak laku, tetapi tetap diproduksi meski berskala relatif kecil. Meski begitu, film horor saat itu tetap meraih untung, sebelum akhirnya kembali naik panggung utama sejak 2017.
"Buat saya, horor sih akan selalu bisa diandalkan, dan kadang-kadang dia akan menikmati dominasi seperti sekarang, ganti-gantian bersama komedi dan melodrama, tutur Hikmat.
Tak Perlu Berpikir Keras
Sementara itu, Adrian Jonathan Pasaribu, pendiri dan pemimpin redaksi media kritik dan kajian film Cinema Poetica menuturkan film horor bisa dibilang film dengan barrier to entry atau hambatan masuk paling rendah.
Artinya, seseorang bisa dengan mudah tertarik ke bioskop dan menonton film horor tanpa tahu latar belakang apa pun terkait filmnya.
"Kalau film genre lain menurut saya seperti menuntut pengetahuan tertentu soal background filmnya untuk memantik minat seseorang, baik ceritanya atau ketokohannya," kata Adrian.
"Horor tuh relatif lentur, dalam arti orang bisa masuk ke film horor mana pun, mungkin dalam lima sampai sepuluh menit pertama dia sudah tahu basic plot-nya. Dan, dia bisa mengantisipasi sensasi apa yang didapat. Di titik itu, akhirnya yang membedakan tinggal craftsmanship pembuat filmnya kan, atau budget," lanjutnya.
Maka tak mengherankan kalau film horor nyaris selalu bisa diandalkan untuk menarik penonton ke bioskop meski tidak sedang dalam momen libur Lebaran, termasuk saat periode krisis industri perfilman Indonesia di 2010-2011 dan di masa pandemi COVID-19.

Dituturkan Adrian, bahkan di masa sulit sekali pun, film horor dengan anggaran relatif rendah bisa tetap mengambil untuk dengan raihan puluhan atau bahkan ratusan ribu penonton. "Film horor jadi kayak fondasi atau pelumas roda bisnis bioskop," jelasnya.
Dari sana, menayangkan film horor saat Lebaran jadi sangat menggiurkan. Apalagi di masa ini bayak orang pulang kampung ke kota-kota tier 2 dan 3 sehingga aliran uang pun menyentuh ke sana.
Ketika belanja hiburan masyarakat sedang tinggi, film horor bisa menjadi opsi, terutama karena bioskop di kota-kota tier 2 dan 3 tersebut juga mulai marak. Keduanya ini, kata Adrian menjadi sebuah kombinasi yang pas.
"Saat orang-orang lagi spending gede-gedean, sekarang nih masa-masanya, terus mereka dapat produk yang tadi (film horor), yang barrier to entry-nya itu tidak besar," pungkasnya.