Bagikan:

JAKARTA - Pengamat Pasar Modal sekaligus Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Budi Frensidy mengatakan, pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) akan berdampak positif terhadap sektor riil dan sektor perbankan di Tanah Air.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Januari 2025 pada Selasa 14 Januari dan Rabu 15 Januari, BI memutuskan menurunkan BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi berada di level 5,75 persen.

“Suku bunga BI diturunkan bagus untuk sektor riil dan juga perbankan,” ujar Budi, dikutip Antara, di Jakarta, Kamis, 16 Januari.

Di sisi lain, menurut dia, pemangkasan suku bunga acuan oleh BI akan memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Apalagi, lanjutnya, ditambah apabila bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) tidak akan memangkas suku bunga acuannya dalam pertemuan mendatang.

The Fed dijadwalkan akan menyelenggarakan pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) pada 28- 29 Januari 2025 akhir bulan ini.

“Namun, membuat rupiah menjadi semakin turun, apalagi jika suku bunga The Fed tidak dipangkas,” ujar Budi.

Dalam kesempatan ini, Ia memproyeksikan peluang The Fed untuk melakukan pemangkasan atau tidak terhadap suku bunga acuannya adalah ‘fifty-fifty’ atau 50 persen berbanding 50 persen pada pertemuan Januari 2025.

“Peluang penurunan suku bunga oleh The Fed saya pikir 50:50,” ujar Budi.

Sebelumnya, terkait penurunan suku bunga acuan, Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa penurunan BI-Rate untuk mendorong pertumbuhan dari sisi permintaan di dalam negeri.

"This is the timing untuk menurunkan suku bunga, supaya bisa menciptakan growth story yang lebih baik," kata Perry.