Bagikan:

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa saat ini kondisi dunia ekonomi tengah menghadapi tantangan.

Selain itu, Airlangga menyampaikan bahwa pasar keuangan masih menunjukkan fluktuasi, dengan IHSG yang sempat berada di zona negatif namun kini sudah menunjukkan tren positif, dan nilai tukar rupiah juga relatif stabil meskipun ada pelemahan, yang masih lebih baik dibandingkan dengan negara lain.

"Nilai tukar rupiah juga relatif terjaga, walaupun ada pelemahan tetapi kalau kita bandingkan negara lain di jepang pelemahan itu sampai 50 persen demikian pula beberapa negara lain, kita masih lebih baik,"ujarnya dalam sarasehan ekonomi bersama Presiden Republik Indonesia, memperkuat daya tahan ekonomi Indonesia di tengah gelombang perang tarif perdagangan, Selasa, 8 April.

Airlangga juga menyebutkan Amerika Serikat juga menyinggung bahwa pelemahan mata uang dolar AS diakibatkan oleh beberapa negara yang menjadi manipulator mata uang, yang menjadikan alasan untuk menerapkan hambatan non-tarif.

"Amerika Serikat menggugat pelemahan currency dan menuding beberapa negara sebagai sebagai currency manipulator, dijadikan alasan sebagai non tariff barrier atau hambatan non-tarif," jelasnya.

Di sisi lain, Airlangga menyampaikan bahwa yield treasury Indonesia dan obligasi masih terjaga dengan baik, serta cadangan devisa Indonesia relatif tetap stabil.

Airlangga menyampaikan, setelah pengumuman penetapan tarif dagang oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump, ketidakpastian ekonomi global langsung meningkat tajam.

Menurutnya, dampak kebijakan tersebut memicu kemungkinan resesi yang lebih besar, meskipun di Indonesia tingkat probabilitas resesi diperkirakan masih relatif rendah, yakni sekitar 5 persen.

Selain itu, Airlangga menambahkan ketidakpastian dalam kebijakan perdagangan juga sangat tinggi, menyebabkan gejolak pasar uang global, pelemahan mata uang di pasar negara berkembang, serta retaliasi tarif oleh China.

Airlangga menyampaikan gangguan dalam rantai pasok global juga memengaruhi banyak korporasi, yang akhirnya memilih untuk menunda konsumsi dan investasi, serta berhati-hati dalam melakukan ekspansi.